Salam Sejahtera.
Setahun belakangan ini, demam sepeda fixed gear merebak di Indonesia. Salah satu daya tarik sepeda dengan ketidakmampuan untuk coasting atau meluncur tanpa dikayuh ini adalah simplisitasnya, kesan minimalis yang ditawarkan dari sedikitnya komponen yang terpasang.
Sepeda fixed gear ini memang bukan barang baru. Awalnya, semua sepeda adalah memiliki sistem penggerak fixed, sampai akhirnya freewheel ditemukan pada awal abad 20. Fungsi freewheel? Ya, memungkinkan pengendara untuk coasting, sehingga meningkatkan kemampuan manuver. Walaupun harga yang harus dibayar adalah berkurangnya kendali sepeda melalui kaki, dan berkurangnya efisiensi sistem penggerak karena sebagian kecil daya akan terkorupsi oleh sistem freewheel.
Sudah terbaca arahnya?
Kalau belum, saya kasih tahu sekalian. Freewheel, diciptakan untuk mengurangi bahaya yang mungkin timbul saat pengendara tidak mampu mengendalikan kecepatan kayuhan pedal. Dengan kata lain, sepeda freewheel lebih aman dari sepeda fixed gear. Kalau logika ini dibalik, sepeda fixed gear lebih berbahaya dari sepeda freewheel.
Tulisan ini saya buat bukan untuk menakut-nakuti teman-teman yang belum punya fixed gear tapi ingin mencobanya. Atau ingin menunjukkan supremasi, bahwa saya lebih jago handling. Jujur, saya tidak punya sepeda fixed gear! Yang sering Anda salah tafsirkan itu adalah sebuah sepeda singlespeed.
Sebuah sepeda fixed gear, atau "fixie", keasyikannya adalah waktu merakitnya berdasarkan kepribadian kita. Warna, murah mahalnya komponen, keren enggaknya model, dan lain-lain. Tapi, tolong. Tolong. Pahami pula bahwa yang namanya kepribadian, juga memperhatikan kebutuhan. Kebutuhan kita, skill yang kita miliki. Paling mudah, rasio gir berapa yang cocok buat kemampuan dan medan yang sering kita tempuh? Lalu, untuk apa sepeda itu kita gunakan? Dan yang paling penting... sudah cukupkah skill yang kita miliki untuk mengendarai sepeda fixed gear?
Kaitannya begini. Memang, yang di film-film, di majalah, website dan lain-lain itu, sepeda-sepeda fixed gear yang kita jadikan "kiblat" memang terlihat cantik dan menarik dengan kesan minimalis yang ditawarkan. Tanpa banyak komponen, bahkan rem pun tidak ada. Pertanyaannya adalah, apa Anda sudah benar-benar mampu mengendalikan sepeda tanpa rem?
Baiklah, Anda memang jago skid. Anda bisa mempraktekkan semua trik yang ada di video luar negeri. Tapi ingat, ini Indonesia. Beda! Budaya lalu lintas di sini berbeda dengan di luar negeri. Pernah lihat metromini di New York? Dan yang mungkin tidak Anda sadari, setiap tahunnya puluhan bike messenger di luar negeri mengalami kecelakaan parah, bahkan hingga kehilangan nyawa. Nah, itu para pesepeda fixed gear yang memiliki skill tinggi, yang melakukannya sehari-hari untuk mencari nafkah. Bagaimana dengan Anda?
Kembali ke masalah rem. Selihai-lihainya skid, untuk menghentikan sepeda, yang paling efektif ya menggunakan rem. Period. Kalau tidak, kenapa sepeda DH yang notabene tingkat bahayanya tinggi, dibuat pakai freewheel? Atau kalau memang sepeda fixed gear itu lebih superior dalam meraih kecepatan, kenapa di Tour de France, tidak ada peserta yang pakai fixed gear? Atau dibalik, kenapa perlombaan sepeda fixed gear, baik itu pursuit, Keirin atau sejenisnya, hanya dilakukan di sirkuit tertutup, bukan di jalan raya?
Jawabannya sama. Karena sepeda fixed gear brakeless itu berbahaya.
Memiliki dan mengendarai sepeda fixed gear itu butuh komitmen. Mulai dari komitmen saat memilih rasio gigi yang pas, menyesuaikannya dengan kemampuan fisik dan medan yang sering kita lewati, karena apapun kondisi yang kita hadapi, kita tidak punya pilihan lain selain rasio yang kita pakai (kecuali bila pakai hub flip-flop, tentunya). Komitmen saat melepas freewheel, karena setelah itu kita akan kehilangan "kemudahan" untuk coasting. Komitmen saat ingin tampil minimalis dengan melepas rem, terkait dengan konsekuensi yang bisa terjadi.
Yang mau brakeless, silakan, tapi tolong, sebelumnya latih dulu skill untuk berhenti. Atau skill untuk bail out dari sepeda saat segalanya sudah tidak dapat dihindari, dan menyaksikan sang sepeda yang tidak ada apa-apanya tapi mahal itu menghajar bus di depan. Dan jangan salahkan siapa-siapa bila sesuatu yang buruk terjadi. Ingat soal komitmen yang saya sebutkan di atas.
Atau paling sial, ya, pasang rem depan, lah. Pasang saja dulu. Urusan nanti mau terpakai atau tidak, itu belakangan.
sepedaku.com

Fixed Gear itu Bahaya atau Tidak? IYA.
Kamis, 30 September 2010
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar